MATERI DAN PEMEBELAJARAN QURDIS KELAS 5 MI
Makalah
ini disusun untuk memenuhi mata kuliah
Materi Dan Pembelajaran Qur'an Hadits Di MI/SD
Dosen
Pengampu:
Zamzam
Mustofa, M.Pd.
Disusun
oleh: Kelompok 10:
1. Aulia
Nur Hariyanti (210617189)
2. Muhammad
Indra K.F (210617194)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
NOVEMBER 2018
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW adalah al-
Qur’an. Al-Qur’an adalah merupakan wahyu ilahi yang diberikan Allah kepada
utusan-Nya Nabi Muhammad SAW, melalui perantara malaikat jibril. Kita sebagai
umat Nabi Muhammad sepatutnya selalu membaca dan mengkaji makna yang terkandung
didalamnya, karena Al-Qur’an merupakan pedoman hidup seluruh manusia agar
selamat dunia akhirat.
Bahasa yang terkandung didalam Al-quran begitu indah dan
menakjubkan. Sehingga mampu membuat kita merenungi kata demi kata untuk
memahaminya. Al-Qur’an sangat menekankan pentingnya ilmu pengeahuan. Ayat
al-Qur’an yang pertama kali turun berisikan perintah untuk membaca. Membaca
adalah kunci ilmu pengetahuan, sehingga sejak awal islam memang mencurahkan
perhatian pada ilmu pengetahuan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian dan isi kandungan dari Surah Al-Kafirun?
2. Apa
pengertian dan isi kandungan dari Surah Al-Ma’un?
3. Apa
pengertian dan isi kandungan dari Surah At-Takatsur?
4. Bagaimana
dengan hadist tentang menyayangi anak yatim?
5. Apa
yang dimaksud hukum bacaan mim mati?
6. Apa
pengertian dan isi kandungan dari Surah Al-Qadr?
7. Apa
pengertian dan isi kandungan dari Surah Al-‘Alaq?
8. Bagaimana
dengan sifat-sifat orang munafik?
9. Bagaimana
dengan hukum bacaan waqaf dan washal?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengertian dan isi kandungan dari Surah Al-Kafirun.
2. Mengetahui
pengertian dan isi kandungan dari Surah Al-Ma’un.
3. Mengetahui
pengertian dan isi kandungan dari Surah At-Takatsur.
4. Memahami
hadist tentang menyayangi anak yatim.
5. Mengetahui
hukum bacaan mim mati.
6. Mengetahui
pengertian dan isi kandungan dari Surah Al-Qadr.
7. Mengetahui
pengertian dan isi kandungan dari Surah Al-‘Alaq
8. Mengetahui
sifat-sifat orang munafik.
9. Mengetahui
hukum bacaan waqaf dan washal.
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Surah
Al-Kafirun
Nama Surah Al-Kafirun diambil dari lafal Al-Kafirun
yang terdapat pada ayat pertama yang memiliki arti “orang-orang yang kafir”,
dimana Surah Al-Kafirun adalah surah dengan urutan ke 109 yang berjumlah 6
ayat. Surah Al-Kafirun adalah surah makkiyah, yaitu surah yang diturunkan di
kota Mekah. Kandungan isi surah didalamnya yaitu suatu tuntunan yang ditujukan
kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya agar jangan menghiraukan
orang-orang kafir Quraisy yang senantiasa menghalang-halangi jalannya dakwah
Nabi Muhammad SAW. [1]
Salah satu cara dari kaum Quraisy untuk menghalangi
dakwah Rasulullah yaitu dengan berkata bahwa mereka akan menyembah Tuhan yang
disembah Rasulullah selama setahun, tetapi dengan syarat bahwa Rasulullah juga
harus menyembah tuhan yang mereka sembah. Dari peristiwa tersebut, maka Allah
SWT menurunkan surah A-Kafirun yang mengatakan, “Katakanlah, wahai orang-orang
kafir! aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” hal ini menunjukkan
Surah Al-Kafirun turun untuk mempertegas orang-orang kafir terutama dalam hal
ibadah.
Surah
Al-Kafirun beserta artinya:
Artinya:
1. Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir,
2. Aku
tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan
kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku."[2]
Kandungan
isi Surah Al-Kafirun adalah:
1. Allah
SWT adalah Tuhan semesta alam.
2. Nabi
Muhammad SAW dan umat Islam tidak akan menyembah apa yang disembah oleh umat
pemeluk agama lain.
3. Tidak
boleh mencampuradukkan keyakinan dalam toleransi agama.
B.
Surah
Al-Ma’un
Kata
Al-Ma’un diambil dari kata Al-Ma’un yang
terdapat pada ayat ke-7,surah ini tergolong surah makkiyah dan berjumlah 7
ayat. Turunnya surah ini berkenaan dengan orang-orang munafik yang suka
memamerkan shalatnya.
Adapun
kandungan surah Al-Ma’un, yaitu:
1. Orang-orang
yang mendustakan agama.
2. Orang
yang tidak menganjurkan memberi makanan kepada orang-orang miskin
3. Orang
yang shalatnya lalai.
4. Orang
yang riya dalam menjabarkan ibadah shalat.
5. Orang
yang shalat namun enggan memberi bantuan menggunakan barang-barang yang
berguna.[3]
Surah
Al-Kafirun beserta artinya:
Artinya:
1. Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah
orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan
tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4. Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang
yang berbuat riya.
7. Dan
enggan (menolong dengan) barang berguna.[4]
C.
Surah
At-Takatsur
Arti
dari At-Takatsur yaitu bermegah-megahan, surah ini diturunkan sebagai bentuk
teguran dari Allah SWT untuk orang-orang yang suka bermegah-megahan, sehingga
mereka lupa akan tugas mereka didunia yaitu beribadah kepada Allah SWT dan
Allah mengajarkan kita untuk tidak bermegah-megahan terutama dalam harta,
misalnya memamerkan harta bendanya yang mahal harganya. Surah ini terdiri dari
8 ayat dan surah ke-102 yang diturunkan di kota Mekah (Surah Makkiyah).
Kandungan
isi Surah At-Takatsur, yaitu:
1. Bermegah-megahan
akan melalaikan manusia dari tujuan hidupnya di dunia yaitu mencari keridhaan
Allah SWT.
2. Hendaklah
manusia sadar akan segala kesalahan yang mereka perbuat sebelum maut
menjemputnya
3. Manusia
akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat atas harta bendanya yang dimiliki
di dunia
4. Manusia
yang selalu menuruti hawa nafsunya akan menjadi penghuni neraka.[5]
Surah
At-Takatsur beserta artinya:
O
Artinya:
1. Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu
2. sampai
kamu masuk ke dalam kubur.
3. janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
4. dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
5. janganlah
begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
6. niscaya
kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7. dan
Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin
8. kemudian
kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu).[6]
D.
Hadits
Tentang Menyayangi Anak Yatim
Anak yatim adalah
mereka yang sudah tidak memilki orang tua lagi.[7]
Adapun pengertian lainnya, anak yatim ialah anak-anak yang belum balig yang
ditinggal mati oleh kedua orang tuanya atau salah satunya. Orang yang pertama
yang bertanggung jawab adalah ahli warisnya untuk memelihara, mendidik, dan
membesarkannya sehingga ia dapat menjalani hidup secara mandiri. Yatim piatu
(istilah di Indonesia) yang diartikan sebagai anak yang ditinggal mati oleh
ayah dan ibunya. Untuk itulah, anak yatim membutuhkan kehadiran orang tua asuh,
yaitu orang yang mengikhlaskan dan mengorbankan diri termasuk harta untuk merawat
mereka.[8] Sebagai
makhluk ciptaan Allah, kita patut untuk selalu menyayangi dan menolong sesama,
seperti menyayangi anak yatim. Hukum memlihara dan menyayangi anak yatim adalah
fardlu Kifayah yaitu apabila sudah
ada yang mengurusinya, maka yang lain sudag tidak berdosa.
الْجَنَّةِ فِي الْيَتِيمِ وَكَافِلُ أَنَا ”: وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللَّهُ صَلَّى اللَّهِ رَسُولُ قَالَ : قَالَ بْنِ سَعْدٍ سَهْلٍعَنْ
شَيْئًا بَيْنَهُمَا وَفَرَّجَ وَالْوُسْطَى بِالسَّبَّابَةِ وَأَشَارَ ، هَكَذَا
Dari
Sahl bin Sa’ad r.a berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti
ini.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta
merenggangkan keduanya.” (H.R. Al-Bukhari).fnt
.
.
Hadis di atas
memberikan motivasi kepada kita untuk mau peduli terhadap anak yatim. Orang
yang mau peduli terhadap anak yatim dengan cara memeliharanya, akan memperoleh
kedudukan yang tinggi yaitu berada di surga bersama Nabi Muhammad SAW, layaknya
jari telunjuk dan jari tengah yang letaknya berdekatan. Anak-anak yatim
membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua untuk perkembangan
kepribadiannya. Namun, mereka tidak mendapatkan hal tersebut, karena ayah atau
ibunya sudah meninggal. Maka, diperlukan orang lain yang dapat menggantikan
peran orang tua untuk menuntun mereka ke jalan yang benar. .
E.
Hukum
Bacaan Mim Mati
Hukum bacaan mim mati ini terdiri
dari tiga jenis.[9]
Yaitu:
1. Ikhfa
Syafawi (
ﺷَﻔَﻮِﻱّ ﺍِﺧْﻔَﺎﺀ )
Ikhfa Syafawi adalah
menyembunyikan atau menyamarkan huruf mim. Hukum bacaan disebut ikhfa syafawi
apabila mim mati atau mim sukun bertemu dengan huruf ba ( ﺏ ). Adapun cara
membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.
Contoh:
a. Mim
mati bertemu huruf ba’ : ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﻟَﻬُﻢْ ﻭَﻣَﺎ
b. Mim
mati bertemu huruf ba’ : ﺑِﺤِﺠَﺎﺭَﺓٍ ﺗَﺮْﻣِﻴْﻬِﻢْ
2. Idghom
Mimi (
ﻣِﻴﻤِﻲ ﺍِﺩْﻏَﺎﻡٌ )
Hukum bacaan disebut
idgham mimi apabila mim sukun bertemu dengn mim yang sejenis. Cara membacanya
adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasydidkan dan wajib dibaca
dengung. Idgham mimi sering pula disebut idgham mitslain atau idgham
mutamatsilain (idgham yang hurufnya serupa atau sejenis).
Contoh:
a. Mim
mati bertemu huruf mim : ﺍﻟﻠﻪِ ﻣِﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ﻭَﻣَﺎ
b. Mim
mati bertemu huruf mim : ﻣُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺍِﻥْ
3. Idhar
Syafawi (
ﺷَﻔَﻮِﻱِّ ﻇْﻬَﺎﺭْﺍِ )
Idhar syafawi artinya
apabila mim mati bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim dan
ba’, maka hukum bacaannya disebut idhar syafawi. Cara membacanya bunyi mim
disuarakan dengan terang dan jelas tanpa berdengung di bibir dengan mulut
tertutup. Huruf-huruf idhar syafawi jumlahnya ada 26 huruf, yaitu selain mim dan ba’.
Contoh:
1. ﺍ
ﺍَﺟْﺮٌ ﻓَﻠَﻬُﻢْ
2. ﺕ
ﺟَﻨﺖٍ ﺗَﺠْﺮِﻯ
No.
|
Huruf
|
Kalimat
|
No.
|
Huruf
|
Kalimat
|
1.
|
ا
|
اَجْرٌ فَلَهُمْ
|
14.
|
ض
|
وَامْضُوا
|
2.
|
ت
|
جَنتٍ تَجْرِى
|
15.
|
ط
|
طَعَامٌ لَهُم
|
3.
|
ث
|
مَاءً ثَجَّاجًا
|
16.
|
ظ
|
ظَنَّ ظَنَنتُمْ السَّوءِ
|
4.
|
ج
|
جَدِيْدٍ خَلْقٍ
|
17.
|
ع
|
عَذَابٌ وَلَهُمْ
|
5.
|
ح
|
حَافِظِيْنَ عَلَيْهِمْ
|
18.
|
غ
|
غَوْرًا مَاءُكُمْ
|
6.
|
خ
|
خَيْرُ هُمْ الْبَرِيَّةِ
|
19.
|
ف
|
فِيْهَا لَهُمْ
|
7.
|
د
|
دَارالاَخِرَةِ لَهُمْ
|
20.
|
ق
|
قَالُوْا رَأَوْهُمْ
|
8.
|
ذ
|
رَحْمَةٍ ذُوْا رَبُّكُمْ
|
21.
|
ك
|
كَانُوا اِنَّهُمْ
|
9.
|
ر
|
رِحْلَةَ اِيْلفِهِمْ
|
22.
|
ل
|
للَهُمْ اَ فَمَا يُؤْمِنُوْنَ
|
10.
|
ز
|
زَيَّنّا اَمْ السَمَاء
|
23.
|
ن
|
نَجْعَلْ اَلَمْ
|
11.
|
س
|
سَبْعًا فَوْقَكُمْ
|
24.
|
و
|
عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ
|
12.
|
ش
|
شَرُّ هُمْ البَرِيَّةِ
|
25.
|
ھ
|
اَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا
|
13.
|
ص
|
صَادِقِيْنَ كُنْتُمْ اِنْ
|
26.
|
ي
|
يَعْلَمْ مَالَم
|
F.
Surah
Al-Qadr
Surah ini diturunkan di kota Mekah (Makkiyah) dengan
jumlah 5 ayat. Al-Quran pertama kali
turun pada tanggal 17 Ramadhan atau 6 Agusutus 610 M, yang pada saat itu
bertepatan dengan malam lailatul qadar. Al-Quran pertama kali diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril di gua Hira.
Surah
Al-Qadr beserta artinya
Artinya:
1. Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
2. dan
tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
3. malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan.
5. malam
itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.[10]
Pada ayat ketiga dari
surah Al-Qadr diterangkan bahwa malam kemuliaan (lailatul qadar) lebih baik
daripada seribu bulan. Menurut perhitungan manusia, seribu bulan sama dengan
sekitar 83 tahun 4 bulan. Sebagai umat muslim, kita dianjurkan untuk mencari
malam lailatul qadar yang biasanya terdapat pada 10 malam terakhir di bulan
Ramadhan.[11] Di ayat ketiga dari surah
Al-Qadr dijelaskan bahwa para malaikat dan malaikat Jibril turun ke bumi atas
izin Allah. .
G.
Surah
Al-‘Alaq
Al-‘Alaq
artinya segumpal darah, yang merupakan surah dengan urutan ke-96 dengan jumlah
ayat sebanyak 19 ayat, dimana ayat 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima
Nabi Muhammad setelah beliau diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah SWT.
Surah ini diturunkan pada malam hari, 17 Ramadhan pada saat Nabi Muhammad
berkhalwat di Gua Hira melalui perantara Malaikat Jibril.
Surah
Al-‘Alaq beserta artinya:
Artinya:
1. Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
H.
Sifat-sifat
Orang Munafiq
Munafik adalah orang yang lidahnya menyatakan keimanan akan
tetapi hati yang sebenarnya tidak mengakui keimanan yang telah diucapkan
tersebut.[12]
Mereka berada diantara mukmin dan kafir, karena
lidahnya terucap percaya kepada Allah. Munafik adalah penyakit rohani yang
tidak terlihat dan tidak tampak, namun bisa dikenali dengan beberapa
tanda-tandanya. “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu jika berbicara
ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia berkhianat”. (HR.
Bukhori dan Muslim). Tiga sifat tersebut tidak dimaksudkan untuk membatasi
tanda-tanda munafik pada tiga sifat tersebut saja, melainkan lebih dari itu,
diantaranya melampaui batas perdebatan. .
Berikut adalah sikap-sikap orang munafik:
1.
Apabila
berkata, ia berdusta
Ciri pertama orang
munafik adalah dusta, yaitu menyatakan yang tidak sebenarnya, contohnya seorang
manusia yang lidahnya mengatakan beriman, namun hatinya tidak beriman.[13]
Artinya:
dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang
yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila
mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:
"Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah
berolok-olok."(Q.S. Al-Baqarah: 14)[14]
2.
Apabila
berjanji, ia mengingkari
Mereka dengan mudah
membuat janji dan mereka juga tidak memenuhi janjinya. Pada masa Rasulullah,
perbuatan semacam ini seringkali dijumpai oleh beliau dan para sahabatnya,
misalnya ketika akan terjadi peperangan, pertama mereka berjanji bersama nabi
untuk membela agama Islam, namun ketika pasukan Islam telah siap maju ke medan
perang, mereka (orang-orang munafik) sibuk mencar-cari alasan agar tidak ikut
berperang.[15]
3.
Apabila
diberi amanah, ia bekhianat
Orang munafik mempunyai
sifat sulit melaksanakan amanat, karena jika menerima amanat maka sering untuk
bekhianat. Sifat munafik membawa akibat berupa kerugian bagi diri sendiri dan
orang lain, akibatnya seperti dibawah ini:
a. Bersikap
ragu-ragu (bingung) dalam menentukan sikap karena sikap mendua
b. Dijauhi
orang, karena merugikan orang lain
c. Merusak
tatanan dalam persahabatan
d. Akan
memperoleh siksa yang sangat pedih dengan masuk ke neraka yang paling bawah.[16]
I.
Hukum
Bacaan Waqaf dan Washal
Waqaf menurut bahasa artinya berhenti.[17]
Menurut
istilah waqaf adalah menghentikan
bacaan sejenak pada akhir ataupun pertengahan ayat. Penerapan waqaf disesuaikan dengan tanda tertentu.
Tanda waqaf ada yang terdapat di akhir atau tengah tengah ayat. Sedangkan
washal menurut bahasa artinya terus atau menyambung bacaan. Menurut istilah
washal adalah meneruskan bacaan Al-Qur'an sampai ada tanda waqaf. Tidak boleh
diputus-putus membacanya. Jika tidak kuat napasnya, boleh berhenti, tetapi
bacaannya diulang kembali.
Sebagian tanda waqof memakai istilah lain, seperti:
a.
Waqaf
Murakhas ( ﺹ)
b.
Waqaf
Mujawwaz (ﺯ )
c.
Waqaf
Mustahab ( ﻗﻴﻒ ) fa’qof
Cara Mewaqafkan Bacaan Dalam Al-Qur’an[18]:
1.
Jika
huruf terakhir berharakat sukun (mati), maka membacanya tida ada perubahan sama
sekali. Contohnya:
ﻓَﺎﺭْﻏَﺐْ — ﻓَﺤَﺪِّ ﺙْ
— ﺍَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢْ (tetap dibaca
a’maalahum, fahaddits – dan farghab )
2.
Jika
huruf terakhir berharakat fathah, kasrah,dhammah, atau tanwin,maka huruf
terakhir tersebut dibaca sukun (mati). Contohnya:
Lafadz ﺧَﻠَﻖَ (Khalaqa) dibaca menjadi ﺧَﻠَﻖْ (khalaq)
3.
Jika
huruf terakhir ta’ marbuthah (ﺓ ), baik letaknya di tengah ataupun di akhir kalimat.
Maka, membacanya adalah dengan mengganti huruf ta’ marbuthah (
ﺓ ) tersebut dengan huruf ha’ (
ﻩْ ) yang dibaca sukun (mati).
Contohnya:
Kata
ﺃﺧِﺮَﺓٌ
– ﺍﻟﻘَﺎﺭِﻋَﺔُ —
ﺟﻨّﺔٌ dibaca menjadi ﺃﺧِﺮَﻩْ
— ﺍﻟﻘَﺎﺭِﻋَﻪ — ﺟَﻨَّﻪْ
4.
Jika
huruf terakhir berharakat (hidup), tetapi sebelumnya didahului huruf mati
(sukun), maka dua huruf tersebut dibaca sukun semuanya, tapi huruf yang
terakhir dibaca suara yang pelan. Contohnya:
Lafadz
ﺑِﺎﻟْﻬَﺰْﻝِ
(bil hazli) dibaca menjadi ﺑﺎِﻟْﻬَﺰْﻝْ
(bil hazl)
5.
Jika
di akhir kalimat, didahului bacaan mad ashli atau mad layyin (bacaan mad yang
huruf sebelumnya berharakat fathah) . Maka cara membacanya dengan mematikan
huruf yang terletak di akhir kalimat tersebut, dengan dipanjangkan sedikit
antara dua sampai empat harakat. Contohnya:
ﻭَﭐﻟﺼَّﻴۡﻒِ — ﺍﻟﺤَﻜِﻴْﻢُ
— ﻳَﺸْﻌُﺮُﻭْﻥَ
6.
Ketika
berhenti di akhir kalimat, tetapi huruf akhirnya berharakat fathah tanwin (ً ), maka cara mewaqafkan bacaan tersebut dengan membaca
harakat fathahnya saja sebanyak dua harakat. Sehingga ketika berhenti bacaannya
menjadi bacaan mad ‘iwadh. Contohnya:
Lafadz
ﺍَﻓْﻮَﺍﺟًﺎ
dibaca menjadi ﺍﻓْﻮَﺍﺟَﺎ
, kemudian lafadz ﺳَﻼَ
ﻣًﺎ dibaca menjadi ﺳَﻠَﺎ
ﻣَﺎ
7.
Jika
huruf terakhir bertasydid, maka dimatikan tanpa menghilangkan fungsi
tasydidnya, seperti:
ﻣِﻨْـﻬُﻦَّ
dibaca ﻣِﻨْـﻬُﻦّْ ,
ﺧﻠَﻘَﻬُﻦَّ
dibaca ﺧَﻠَﻘَﻬُﻦّ
8.
Hamzah
di akhir kata yang ditulis di atas waw [ﺅ ] dimatikan bila waqaf, dan dibaca pendek bila washal,
seperti :
ﻳَـﺘَـﻔَـﻴَّـﺆُﺍ dibaca ﻳَـﺘَـﻔَـﻴَّـﺄْ
BAB 3
PENUTUP
·
Kesimpulan
Nama Surah Al-Kafirun diambil dari lafal Al-Kafirun
yang terdapat pada ayat pertama yang memiliki arti “orang-orang yang kafir”,
dimana Surah Al-Kafirun adalah surah dengan urutan ke 109 yang berjumlah 6
ayat.
Kata Al-Ma’un diambil dari kata Al-Ma’un yang terdapat pada ayat ke-7,surah ini tergolong surah
makkiyah dan berjumlah 7 ayat.
Arti dari At-Takatsur yaitu bermegah-megahan, surah
ini diturunkan sebagai bentuk teguran dari Allah SWT untuk orang-orang yang
suka bermegah-megahan.
Anak yatim adalah
mereka yang sudah tidak memilki orang tua lagi. Adapun pengertian lainnya, anak
yatim ialah anak-anak yang belum balig yang ditinggal mati oleh kedua orang
tuanya atau salah satunya.
Hukum bacaan mim mati ini terdiri dari tiga jenis,
yaitu Ikhfa’ syafawi, Idzhar Syafawi dan Idgham mimi.
Surah Al-Qadr diturunkan di kota Mekah (Makkiyah)
dengan jumlah 5 ayat. Al-Quran pertama
kali turun pada tanggal 17 Ramadhan atau 6 Agusutus 610 M, yang pada saat itu
bertepatan dengan malam lailatul qadar.
Al-‘Alaq artinya segumpal darah, yang merupakan
surah dengan urutan ke-96 dengan jumlah ayat sebanyak 19 ayat, dimana ayat 1-5
merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad setelah beliau diangkat
menjadi nabi dan rasul oleh Allah SWT.
Munafik adalah orang yang lidahnya menyatakan keimanan akan
tetapi hati yang sebenarnya tidak mengakui keimanan yang telah diucapkan
tersebut.
Menurut istilah waqaf adalah menghentikan bacaan sejenak
pada akhir ataupun pertengahan ayat. Penerapan waqaf
disesuaikan dengan tanda tertentu, menurut istilah washal adalah meneruskan
bacaan Al-Qur'an sampai ada tanda waqaf. Tidak boleh diputus-putus membacanya.
Jika tidak kuat napasnya, boleh berhenti, tetapi bacaannya diulang kembali.
DAFTAR PUSTAKA
AM,
Maftukhah. Metode Pengajaran Bacaan
Ghorib/Muskilat. Pati: PP NQ, 2007.
K , Muhsin M. Mari
Mencintai Anak Yatim. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Kementerian
Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Hadis.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2015.
Syaitut , Syaikh Mahmud. Metodologi
Al-Qur’an. Solo: CV. Ramadhani, 1991.
Wahyudi
, Moh. Ilmu Tajwid Plus. Surabaya:
Halim Jaya, 2007.
[1] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an Hadis (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2015), 7.
[2] Q.S.109 : 1-6.
[3] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an Hadis,10.
[4] Q.S.107 : 1-7.
[5] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an Hadis,26.
[6] Q.S.102 : 1-8.
[7] Syaikh Mahmud Syaitut, Metodologi
Al-Qur’an (Solo: CV. Ramadhani, 1991), 116.
[8] Muhsin M. K, Mari Mencintai Anak
Yatim (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 2.
[9] Moh Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus (Surabaya: Halim Jaya,
2007), 109.
[10] Q.S.97 : 1-5.
[11] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an Hadis,53.
[12] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an Hadis, 67.
[13] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an Hadis, 70.
[14] Q.S.2 : 14.
[15] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an Hadis,70.
[16] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an Hadis,71.
[17] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an Hadis,76.
[18] Maftukhah, AM, Metode Pengajaran Bacaan Ghorib/Muskilat
(Pati: PP NQ, 2007), 1-21.
No comments:
Post a Comment